Halaman

Jumat, 26 Agustus 2011

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team - Assisted Individualization)

TAI (team-assisted individualization) sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Namun, metode STAD dan TGT menggunakan pola pengajaran tunggal untuk satu kelas, sementara TAI mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Siswa dalam satu kelas dipecah menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (Slavin, 2010: 14).
Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
TAI memiliki berbagai dinamika motivasi dari STAD dan TGT. Para siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras karena mereka menginginkan tim mereka berhasil. Tanggung jawab individu dipastikan hadir karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor akhir, dan siswa melakukan tes akhir tanpa bantuan satu tim. Individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya menjadi sedikit berbeda dari STAD dan TGT.
TAI dirancang untuk memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari system pengajaran individual:
a.       Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
b.     Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
c.     Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa di kelas dapat melakukannya.
d.   Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
e.     Tersedianya banyak cara pengecekan peguasaan supaya para siswa jarang menghabiskan waktu mempelajari kembali materi yang sudah mereka kuasai atau menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan bantuan guru. Pada tiap pos pengecekan penguasaan, dapat tersedia kegiatan-kegiatan pengajaran alternatif dan tes-tes yang parallel.
f.      Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa yang mengecek kemampuannya ada di bawah siswa yang dicek dalam rangkaian pengajaran, dalam prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak mengganggu si pengecek.
g.  Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan atau tim guru.
h.      Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif diantara para siswa dari latar belakang rasa tau etnik yang berbeda.
(Slavin, 2010: 190)
             Metematika TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang membuat metode pengajaran individual menjadi tidak efektif (Slavin, 2010: 189). Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju, maka guru dapat membebaskan diri mereka dari memberikan pengajaran langsung kepada sekelompok kecil siswa yang homogen yang berasal dari tim-tim yang heterogen. Fokus pengajarannya adalah pada konsep-konsep yang ada dibalik algoritma yang dipelajari para siswa dalam kegiatan individual. Pengaturan seperti ini memberikan kesempatan melakukan pengajaran langsung yang tidak terdapat dalam hampir semua metode-metode pengajaran individual.   
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen (Slavin, 2010: 195), yaitu:
1.      Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik,
2.   Placement Test, yaitu pemberian pre-tes kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai harian  peserta didik agar guru mengetahui kelemahan peserta didik pada bidang tertentu,
3.      Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya,
4.      Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang membutuhkan.
5.    Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas,
6.   Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok,
7.      Fact Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik,
8.   Whole-Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase – 1
Pembelajaran secara individual
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

Fase – 2
Pemberian Kuis
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
Fase – 3
Mengorganisasikan kedalam kelompok kooperatif
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

Fase – 4
Diskusi kelompok mengenai hasil belajar
Guru memberikan waktu kepada masing-masing untuk mendiskusikan hasil belajar anggota kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

Fase – 5
Menyimpulkan Materi
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan  penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Fase – 6
Pemberian kuis secara individual
Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual
Fase – 7
Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

      Widyantini (2006)

3 komentar:

  1. kalau boleh,,, lebih banyak lagi yach info tentang TAI, karena saya sulit mencari info tentang TAI ini,,, dan kalo boleh masukan contoh hub2 dng pelajaran matematika,,, khususnya "apa ada" kaitan dng pel.matematika pers. garis lurus

    terima kasih :)

    BalasHapus

Berikan Komentar Anda jika Artikel ini Bermanfaat bagi Anda!