Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti: berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksi, daya penerimaannya, cara membedakan dan berbagai aspek yang terdapat pada diri individu.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti dari proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran (Djamarah, 1996: 44). Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan . bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikirannyadan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerna bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Menurut pandangan dan teori konstruktivisme (Sardiman, 2010 : 37), belajar merupakan proses aktif dari subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengadopsi, menghubungkan, dan mengembangkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki sehingga menjadi berkembang.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar. Suparno (2006) dalam Sardiman (2010: 38) yang dijelaskan sebagai berikut:
- Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
- Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
- Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
- Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan ciri dan prinsip tersebut, maka proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuaanya, menggunakan pengetahuaannya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar dan mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru (Djamarah, 1996: 46). Dalam hal ini, guru sebagai instruktur perlu membuat, merancang, dan mendesaian proses belajar dengan berbagai strategi yang ada, dan penggunaan media belajar akan juga turut mampu memberikan perubahan bagi diri anak didik.
tunggu info berikutnya...
BalasHapus